Sabtu, 22 November 2014

PRAKTEK PEMILIHAN MAKANAN KEMASAN BERDASARKAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG LABEL PRODUK MAKANAN KEMASAN, JENIS KELAMIN, DAN USIA KONSUMEN DI PASAR SWALAYAN ADA SETIABUDI SEMARANG

PRAKTEK PEMILIHAN MAKANAN KEMASAN BERDASARKAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG LABEL PRODUK MAKANAN KEMASAN, JENIS KELAMIN, DAN USIA KONSUMEN DI PASAR SWALAYAN ADA SETIABUDI SEMARANG Vania Chandra Devi, Agus Sartono, Joko Teguh Isworo Program Studi D III Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang asartono15@yahoo.com ABSTRACT Today, many consumers in Indonesia who do not pay attention to the selection of packaged foods based on food labels are listed in the packaged food. There are several factors that can influence consumer behaviour towards the selection of packaged foods, such as age, income, gender, education, and work status. According to the research Asmaiyar (2004) women are more conscientious consumers read food packaging labels before deciding to purchase a consumer packaged foods than men. High level of education is also a contributing factor consumers to be more careful in choosing packaged foods. The purpose of this research was to determine the selection of food packaging based practice knowledge level, gender, and age of consumer visitors Supermarket ADA Setiabudi Semarang. The type of the research is Explanatory, it’s mean to explain the relations between one variabel and the other or how one variable affects the other variable. The method used was a survey by questionnaire tool. The approach is crossectional, where the cause and effect variables were measured at the same time. This research population is an affordable all visitors Supermarket ADA Setiabudi Semarang who buy packaged food products. While the sample is taken using a quota sampling method. Determination of the number of samples using the formula and the results obtained were 68 samples where the sample consisted of 34 men and 34 women with a sample of age 17-65 years. The results showed that 82.1% rate of good knowledge, 61.8% female respondents, and 57.6% aged adults are categorized properly in practice the selection of packaged foods. Data analysis using chi square test p-value obtained results (0.000; 0,029; 0.009), Pearson correlation obtained results (r = 0.747; 0.031) and the p-value (0.000; 0.804) so that Ha is accepted, there is a relationship between the level of knowledge with practice selection of food packaging as well as gender and age is a risk factor in the selection of food packaging practices. ABSTRAK Dewasa ini, banyak konsumen di Indonesia yang belum memperhatikan pemilihan makanan kemasan berdasarkan label makanan yang tercantum dalam makanan kemasan tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen terhadap pemilihan makanan kemasan, antara lain faktor usia, pendapatan, jenis kelamin, pendidikan, dan status bekerja. Menurut hasil penelitian Asmaiyar (2004) konsumen wanita lebih teliti membaca label makanan kemasan sebelum memutuskan untuk membeli makanan kemasan daripada konsumen pria. Tingkat pendidikan yang tinggi juga menjadi faktor pendukung konsumen untuk lebih teliti dalam memilih makanan kemasan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui praktek pemilihan makanan kemasan berdasarkan tingkat pengetahuan, jenis kelamin, dan usia konsumen pengunjung Pasar Swalayan ADA Setiabudi Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah Explanatory, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan – hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Metode yang digunakan adalah survai dengan alat bantu kuesioner. Pendekatan yang digunakan adalah belah lintang (Crossectional), dimana variabel sebab dan akibat diukur dalam waktu yang bersamaan. Populasi terjangkau penelitian ini adalah seluruh pengunjung Pasar Swalayan ADA Setiabudi Semarang yang membeli produk makanan kemasan. Sedangkan sampel diambil menggunakan metode quota sampling. Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus dan didapatkan hasil sebanyak 68 sampel dimana terdiri atas 34 sampel pria dan 34 sampel wanita dengan usia 17 – 65 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 82,1% tingkat pengetahuan baik, 61,8% responden wanita, dan 57,6% usia dewasa termasuk kategori benar dalam melakukan praktek pemilihan makanan kemasan. Analisis data menggunakan uji chi square diperoleh hasil p-value (0,000 ; 0,029 ; 0,009), korelasi pearson diperoleh hasil (r = 0,747 ; 0,031) dan p-value (0,000 ; 0,804) sehingga Ha diterima, ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan praktek pemilihan makanan kemasan serta jenis kelamin dan usia merupakan faktor resiko dalam praktek pemilihan makanan kemasan. PENDAHULUAN Peran label pada produk pangan sangat penting. Label yang baik akan memudahkan konsumen dalam pemilihan produk yang diperlukannya. Selain itu, label juga berperan sebagai sarana pendidikan masyarakat dan dapat memberikan nilai tambah pada produk. Semakin bertambahnya kompetitor produk, label dapat menjadi strategi menarik dalam pemasaran, namun label dapat juga menjadi pesan yang menyesatkan (Karmini & Briawan 2004). Menurut Drichoutis, lazaridis, dan Nayga (2006b), ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku membaca label informasi zat gizi, antara lain umur, pendapatan, pendidikan, jenis kelamin, dan status bekerja. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh The Food and Drug (FDA) pada tahun 2005, 60 sampai 80% konsumen di Amerika membaca produk label pangan sebelum membeli produk makanan baru. Dari persentase tersebut, 30-40% konsumen mengaku bahwa label produk pangan menjadi salah satu masukan mereka dalam membeli jenis produk pangan (Philipson, 2005). Hasil kajian Badan perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), pada tahun 2007 mengungkapkan bahwa hanya 6,7% konsumen di Indonesia yang memperhatikan pemilihan bahan makanan kemasan berdasarkan label yang tercantum dalam makanan kemasan tersebut. Berdasarkan penelitian Asmaiyar (2004), faktor jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan merupakan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan membaca label produk pangan. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa dari 120 responden didapatkan 53,1% responden perempuan membaca label produk pangan dibandingkan dengan responden laki-laki yang hanya 19,2%. Hasil lain dari penelitian menunjukkan bahwa 52,4% responden yang tingkat pendidikannya di atas SLTP membaca label produk pangan dibandingkan dengan responden yang berpendidikan di bawah SLTP hanya 28,9%. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa 49,5% responden yang bekerja, membaca label produk pangan dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja hanya 23,8%. Pada penelitian tersebut diungkapkan bahwa faktor umur, agama, pengetahuan tentang label, sikap, kontrol konsumen, dan media komunikasi secara statistik tidak signifikan dengan kepatuhan membaca label produk pangan. Informasi yang jelas dan benar yang terdapat pada label kemasan pangan akan memudahkan konsumen dalam memilih suatu produk pangan yang biasanya didasari pula oleh pengetahuan konsumen tentang label makanan kemasan. Membaca label pada makanan yang dikemas sebelum memutuskan untuk membelinya merupakan salah satu dari 13 Pesan Umum Gizi Seimbang. (PUGS). Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa semua makanan yang dikemas harus mempunyai label yang memuat keterangan tentang isi, jenis, dan jumlah bahan-bahan yang digunakan, tanggal kadaluarsa, komposisi zat gizi yang dinyatakan dalam jumlah dan sebagai persen Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG) untuk tiap takaran saji, serta keterangan penting lainnya (seperti kehalalan produk). Dengan demikian konsumen dapat mengetahui kandungan gizi dan kelayakan makanan kemasan tersebut (Almatsier, 2011). Berdasarkan fakta diatas, maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana hubungan faktor jenis kelamin, usia, dan pengetahuan konsumen tentang label makanan dengan praktek pemilihan makanan kemasan di Pasar Swalayan ADA Setiabudi Semarang. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis Explanatory, metode yang digunakan adalah survai dengan pendekatan belah lintang (Crossectional). Penelitiab di lakukan di Pasar Swalayan ADA Setiabudi Semarang, pada bulan April 2013. Populasi terjangkau penelitian adalah pengunjung yang membeli makanan kemasan pada bulan April 2013. Kriteria inklusi sampel adalah : pria dan wanita, usia 17 – 65 tahun, berkunjung pada bulan April 2013. Penentuan sampel menggunakan teknik kuota sampling dan mendapatkan jumlah sampel sebanyak 68 orang. Data yang diambil terdiri dari data primer dan sekunder, data primer diambil dengan cara wawancara langsung dengan responden, data sekunder dikutip dari manajemen Pasar Swalayan ADA Setiabudi Semarang. Data primer meliputi identitas responden, data pengetahuan, dan data praktek responden tentang pemilihan makanan kemasan. Data pengetahuan diolah kemudian dikategorikan menjadi kurang, sedang, baik. Sedangkan data jenis kelamin dikategorikan menjadi pria dan wanita. Data usia dikategorikan menjadi remaja, dewasa, dan lansia. Sedangkan data praktek dikategorikan menjadi salah dan benar. Kemudian data – data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisa Univariat dilakukan untuk menganalisis distribusi frekuensi dan tendensi central (mean, median, dan modus) dan standart deviasi yang disajikan dalam bentuk tabel. Analisa Bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu variabel dependent dan variabel independent. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square dan korelasi pearson. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi penelitian adalah Pasar Swalayan ADA Setiabudi, yang merupakan salah satu dari pasar swalayan group ADA, dibawah pengelolaan PT Ada Perkasa Sahitaguna, terletak di Jl Dr Setiabudi No 221-225 Banyumanik Semarang, dan mulai beroperasi pada pukul 09.00 – 21.00 WIB. Pasar Swalayan tersebut terdiri atas tiga lantai yang dispesifikan sebagai berikut: lantai 1 digunakan sebagai tempat berbelanja bahan-bahan kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman, alat rumah tangga, hingga elektronik. Lantai dua digunakan sebagai tempat alat tulis, pakaian, tas, sepatu, serta mainan anak-anak. Sedangkan lantai tiga digunakan sebagai tempat bermain anak dan food court. Keadaan Umum Responden Jumlah responden dalam penelitian adalah 68 orang, terdiri atas 34 orang pria dan 34 orang wanita. Usia responden berkisar antara 17 – 65 tahun. Responden adalah pengunjung Pasar Swalayan ADA Setiabudi Semarang yang melakukan pembelian makanan kemasan. Sampel diambil dengan menggunakan metode quota sampling. Usia Responden Sebaran umur responden menunjukkan bahwa bagian terbesar responden termasuk dalam usia 26 – 45 tahun (usia dewasa), data distribusi usia responden dapat dilihat pada tabel 1: Tabel 1. Data Distribusi Usia Responden Kelompok Usia Jumlah (%) 17 – 25 (remaja) 12 17,6 26 – 45 (dewasa) 33 48,5 46 – 65 (lansia) 23 33,8 Total 68 100,0 Jenis Kelamin Responden Sesuai dengan prosedur dan metode penelitian, maka responden terdiri dari 34 orang (50 %) laki-laki dan 34 orang (50%) perempuan. Tingkat Pengetahuan Responden Aspek terlemah pada kuesioner yang dijawab oleh responden dapat dilihat pada tabel 2, dimana lebih dari 50% responden yang tidak peduli apabila ada makanan kemasan yang tidak memiliki label makanan kemasan (64,7%). Tabel 2. Hasil Jawaban Kuesioner Pengetahuan Responden Tentang Label Makanan Kemasan Pertanyaan Benar (%) Salah (%) Total (%) 1. Apakah Tahu Label 2. Maksud Label 3. Tujuan Label 4. Bagaimana Penulisan Label 5. Kadaluarsa Harus Tercantum atau Tidak 6. Informasi yang Tercantum pada Kadaluarsa 7. Label Harus Tercantum atau Tidak 8. Jika Makanan Tidak Berlabel, Melanggar UU atau Tidak 9. Jika Menemukan Makanan Tidak Berlabel, Seharusnya Bagaimana 10. Info yang Seharusnya Ada Pada Label a. Tanggal Kadaluarsa b. Label Halal c. Komposisi Bahan d. Informasi Gizi e. Berat Bersih Bahan f. Nama Produk dan Produsen 68 (100,0) 54 (79,4) 55 (80,9) 63 (92,6) 60 (88,2) 55 (80,9) 64 (94,1) 61 (89,7) 24 (35,3) 67 (98,5) 56 (82,4) 45 (66,2) 43 (63,2) 21 (30,9) 43 (63,2) 0 (0,0) 14 (20,6) 13 (19,1) 5 (7,4) 8 (11,8) 13 (19,1) 4 (5,9) 7 (10,3) 44 (64,7) 1 (1,5) 12 (17,6) 23 (33,8) 25 (36,8) 47 (69,1) 25 (36,8) 68 (100,0) 68 (100,0) 68 (100,0) 68 (100,0) 68 (100,0) 68 (100,0) 68 (100,0) 68 (100,0) 68 (100,0) 68 (100,0) 68 (100,0) 68 (100,0) 68 (100,0) 68 (100,0) 68 (100,0) Tingkat pengetahuan responden tentang label makanan sudah cukup baik, dimana 41,2 % responden berpengetahuan baik. Hanya 10,3 % saja yang masih memiliki pengetahuan yang kurang tentang label makanan. Tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel 3: Tabel 3. Pengetahuan Responden Tentang Label Makanan Kemasan Tingkat pengetahuan Jumlah (%) Kurang 7 10,3 Sedang 33 48,5 Baik 28 41,2 Total 68 100,0 Praktek Pemilihan Makanan Kemasan Menurut hasil penelitian pada praktek pemilihan makanan kemasan, kesalahan responden pada praktek pemilihan makanan kemasan dapat dilihat pada tabel 4 (empat): Tabel 4. Kesalahan Responden dalam Praktek Pemilihan Makanan Kemasan Label Benar (%) Salah (%) Total (%) Tanggal Kadaluarsa Label Halal Komposisi (Ingridients) Berat Bersih Bahan (Netto) Informasi Gizi 33 (94,3) 23 (65,7) 21 (60,0) 9 (25,7) 10 (28,6) 2 (5,7) 12 (34,3) 14 (40,0) 26 (74,3) 25 (71,4) 35 (100,0) 35 (100,0) 35 (100,0) 35 (100,0) 35 (100,0) Lebih dari 50% kesalahan responden dalam praktek pemilihan makanan kemasan terletak pada responden yang tidak memperhatikan berat bersih bahan (Netto) dan informasi gizi yang terkandung pada label makanan kemasan. Sedangkan 60% responden sudah menjadikan komposisi (Ingridients), 65,7% label halal, dan 94,3% tanggal kadaluarsa sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan pembelian makanan kemasan. Responden tahu bahwa seharusnya informasi gizi (63,2%) tercantum pada label makanan kemasan. Namun, tidak berjalan seiring dengan praktek karena berdasarkan hasil praktek dapat diketahui bahwa lebih dari 50% responden tidak menggunakan informasi gizi (71,4%) sebagai bahan pertimbangan sebelum membeli makanan kemasan. Praktek pemilihan makanan kemasan responden dapat dilihat pada tabel 5 (lima): Tabel 5. Praktek Pemilihan Makanan Kemasan Kategori Praktek Jumlah % Salah Benar 35 33 51,5 48,5 Total 68 100,0 Tabel 5 (lima) menunjukkan bahwa proporsi responden yang salah dalam praktek pemilihan makanan kemasan hampir sama dengan responden yang benar dalam praktek pemilihan makanan kemasan, yaitu 51,5 % yang salah dibanding dengan 48,5 % yang benar. Hal tersebut menunjukkan bahwa praktek pemilihan makanan kemasan masih banyak salah karena lebih dari 50 persen responden termasuk dalam kategori salah. Praktek Pemilihan Makanan Kemasan Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Label Makanan Kemasan Praktek pemilihan makanan kemasan berdasarkan tingkat pengetahuan responden tentang label makanan kemasan dapat dilihat pada gambar 1: Gambar 1. Praktek Pemilihan Makanan Kemasan Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Label Makanan Kemasan Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa ada hubungan positif antara tingkat pengetahuan dengan praktek pemilihan makanan kemasan, dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan responden, semakin baik pula praktek responden dalam pemilihan makanan kemasan. Uji korelasi pearson yang dilakukan terhadap hubungan antara tingkat pengetahuan responden tentang label makanan kemasan dengan praktek pemilihan makanan kemasan mendapatkan nilai ( r ) = 0,747. Jika dilihat dari besaran r mendekati nilai 1 sehingga korelasi kuat dan arahnya positif, artinya semakin meningkat pengetahuan responden tentang label makanan kemasan maka akan melakukan praktek pemilihan makanan kemasan dengan benar. Uji korelasi pearson mendapatkan p-value = 0,000. Karena P value < α (0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan responden tentang label makanan kemasan dengan praktek pemilihan makanan kemasan. Hasil penelitian tentang praktek pemilihan makanan kemasan yang dinilai berdasarkan tingkat pengetahuan responden tentang label makanan kemasan di Pasar Swalayan ADA Setiabudi Semarang, dapat dilihat pada tabel 6 (enam). Tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang label makanan kemasan termasuk kategori salah dalam praktek pemilihan makanan kemasan. Sepuluh (30,3%) responden dari 33 responden yang memiliki pengetahuan sedang tentang label makanan termasuk kategori benar dalam melakukan praktek pemilihan makanan kemasan. Sedang dari 28 responden yang memiliki pengetahuan baik tentang label makanan, hanya 5 responden yang termasuk kategori salah (17,9%) dalam praktek pemilihan makanan kemasan, 23 responden lainnya masuk kategori benar (82,1%). Tabel 6. Praktek Pemilihan Makanan Kemasan Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Label Makanan Kemasan Praktek Tingkat Pengetahuan Benar (%) Salah (%) Total (%) Kurang 0 (0,0) 7 (100) 7 (100) Sedang 10 (30,3) 23 (69,7) 33 (100,0) Baik 23 (82,1) 5 (17,9) 28 (100,0) Total 33 (48,5) 35 (51,5) 68 (100,0) Tabel 6 (enam) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden yang makin baik akan membuat praktek pemilihan makanan kemasan menjadi benar. Sedangkan uji chi square yang dilakukan terhadap hubungan antara tingkat pengetahuan responden tentang label makanan kemasan dengan praktek pemilihan makanan kemasan mendapatkan p-value 0,000. Karena P value < α (0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan responden tentang label makanan kemasan dengan praktek pemilihan makanan kemasan. Dimana responden dengan tingkat pengetahuan baik akan melakukan praktek pemilihan makanan kemasan dengan benar. Praktek Pemilihan Makanan Kemasan Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Hasil penelitian praktek pemilihan makanan kemasan berdasarkan jenis kelamin responden di Pasar Swalayan ADA Setiabudi Semarang dapat dilihat pada tabel 7 (tujuh). Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 34 responden pria, lebih dari 50% responden pria termasuk kategori salah dalam praktek pemilihan makanan kemasan. Sedangkan dari 34 responden wanita, lebih dari 50% responden wanita termasuk kategori benar dalam praktek pemilihan makanan kemasan. Tabel 7. Praktek Pemilihan Makanan Kemasan Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Praktek Jenis Kelamin Benar (%) Salah (%) Total (%) Pria 12 (35,3) 22 (64,7) 34 (100,0) Wanita 21 (61,8) 13 (38,2) 34 (100,0) Total 33 (48,5) 35 (51,5) 68 (100,0) Tabel 7 (tujuh) menunjukkan bahwa proporsi kategori praktek yang benar lebih besar dilakukan oleh responden berjenis kelamin wanita sebab lebih dari 50% responden wanita termasuk dalam kategori benar daripada responden pria. Sedangkan kategori praktek pemilihan makanan kemasan yang salah lebih dari 50% merupakan responden pria. Uji chi square yang dilakukan terhadap hubungan antara jenis kelamin responden dengan praktek pemilihan makanan kemasan mendapatkan p-value 0,029. Karena p-value < α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin merupakan faktor resiko dalam praktek pemilihan makanan kemasan. Responden wanita lebih teliti dibandingkan dengan responden pria dalam memilih makanan kemasan sebelum memutuskan untuk membeli makanan kemasan. Praktek Pemilihan Makanan Kemasan Berdasarkan Usia Responden Praktek Pemilihan Makanan Kemasan berdasarkan usia responden dapat dilihat pada gambar 2: Gambar 2. Praktek Pemilihan Makanan Kemasan Berdasarkan Usia Responden Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa ada hubungan positif antara usia dengan praktek pemilihan makanan kemasan, dimana semakin dewasa usia responden, semakin baik pula praktek responden dalam pemilihan makanan kemasan. Uji korelasi pearson yang dilakukan terhadap hubungan antara usia responden dengan praktek pemilihan makanan kemasan mendapatkan nilai ( r ) = 0,031. Jika dilihat dari besaran r jauh dari nilai 1 sehingga korelasi lemah namun arahnya positif. Uji korelasi pearson mendapatkan p-value = 0,804. Karena P value > α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang kuat antara usia dengan praktek pemilihan makanan kemasan. Hasil penelitian praktek pemilihan makanan kemasan berdasarkan usia responden di Pasar Swalayan ADA Setiabudi Semarang dapat dilihat pada tabel 8 (delapan). Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 12 responden usia remaja hanya 1 (8,3%) responden yang termasuk kategori benar dalam praktek pemilihan makanan kemasan. Dari 33 responden usia dewasa 19 (57,6%) responden termasuk kategori benar dalam praktek pemilihan makanan kemasan. Sedangkan dari 23 responden lansia, 13 (56,5%) responden termasuk kategori benar dalam praktek pemilihan makanan kemasan. Tabel 8. Praktek Pemilihan Makanan Kemasan Berdasarkan Usia Responden Praktek Kategori Usia Benar (%) Salah (%) Total (%) Remaja 1 (8,3) 11 (91,7) 12 (100,0) Dewasa 19 (57,6) 14 (42,4) 33 (100,0) Lansia 13 (56,5) 10 (43,5) 23 (100,0) Total 33 (48,5% 35 (51,5) 68 (100,0) Tabel 8 (delapan) menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk kategori benar dalam praktek pemilihan makanan kemasan merupakan usia dewasa dan lansia, sebab lebih besar dari 50% kategori benar dalam praktek pemilihan makanan kemasan merupakan usia dewasa dan lansia. Uji chi square yang dilakukan terhadap hubungan antara usia responden dengan praktek pemilihan makanan kemasan mendapatkan p-value 0,009. Karena p-value < α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa usia hanya merupakan faktor resiko dalam praktek pemilihan makanan kemasan. KESIMPULAN Tingkat pengetahuan responden dapat dikatakan cukup baik karena 41,2% responden termasuk kategori tingkat pengetahuan baik dan hanya 10,3% responden dengan tingkat pengetahuan kurang. Bagian terbesar responden (48,5%) termasuk dalam kategori usia dewasa (26 – 45 tahun). Praktek pemilihan makanan kemasan terdapat responden yang melakukan kesalahan (51,5%) sedikit lebih besar dibandingkan dengan yang benar (48,5%). Ada hubungan positif yang kuat antara tingkat pengetahuan responden tentang label makanan kemasan dengan praktek pemilihan makanan kemasan. Sedangkan Jenis kelamin merupakan faktor resiko dalam melakukan praktek pemilihan makanan kemasan, dikarenakan pria lebih banyak melakukan kesalahan dalam melakukan praktek pemilihan makanan kemasan dibandingkan wanita serta usia remaja dan lansia merupakan faktor resiko dalam melakukan praktek pemilihan makanan kemasan tetapi bukan merupakan hubungan sebab akibat yang kuat. SARAN Sosialisasi dan pendidikan kepada masyarakat terutama pria serta usia remaja dan lansia tentang kegunaan label makanan kemasan dan informasi terutama informasi nilai gizi yang tercantum pada label makanan kemasan perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat melakukan pemilihan makanan kemasan dengan tepat. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Asmaiyar. 2004. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Konsumen Membaca Label Produk Pangan di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan Tahun 2003. Tesis FKM UI. [BPKN] Badan Perlindungan Konsumen Nasional. 2007. Hasil Kajian BPKN di Bidang Pangan Terkait Perlindungan Konsumen. Http://www.google.co.id (28 Januari 2013) [BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2007. Acuan label gizi produk pangan. www.pom.go.id. [9 Februari 2013]. MAAF. 2000. Consumers Attitudes Food Labelling. http://archive.food.gov.uk/maff/archive/food/bulletin/2000/no118/label.htm (10 Februari 2013) Nasution. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT Bumi Aksara. Notoatmodjo, Soekodjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Philipson, Thomas. 2005. Government Perspective: food labeling. American Society for Clinical Nutrition. Riwidikdo, Handoko. 2009. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Zahara, Siti. 2009. Hubungan Karakteristik Individu, Pengetahuan, dan Faktor Lain dengan Kepatuhan Membaca Label Informasi Zat Gizi, Komposisi, dan Kadaluwarsa pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Depok 2009. Jakarta, Universitas Indonesia. Skripsi. Diunduh pada 28 Januari 2013 dari http://lontar.ui.ac.id